Kamis, 19 Mei 2011

PROSES PENERAPAN E-LEARNING DI LEMBAGA SEKOLAH MENENGAH ATAS




PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi terutama  teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yang telah memperngaruhi seluruh aspek kehidupan tak terkecuali pendidikan, sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam system pendidikan. Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang relatif singkat, berkembang dengan sangat pesat.
Sekolah sebagai sarana pendidikan harus memiliki tanggung jawab dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua  tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya atau yang sering kita sebut dengan e-learning.
Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang Menyatakan e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain. dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone. Dari puluhan atau bahkan ratusan definisi yang muncul dapat kita simpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-Learning. Keuntungan menggunakan e-Learning diantaranya adalah sebagai berikut: Menghemat waktu proses belajar mengajar & Mengurangi biaya perjalanan & Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku-buku) Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas Melatih pembelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan Strategi Pengembangan e-Learning.
Ketika berbicara tentang strategi pengembangan e-Learning, maka hakekatnya adalah sama saja dengan strategi pengembangan perangkat lunak. Hal ini karena e-Learning adalah juga merupakan suatu perangkat lunak. Dalam ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering), ada beberapa tahapan yang harus kita lalui pada saat mengembangkan sebuah perangkat lunak. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan e-learning sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah). E-Learning saat ini sudah mulai dikembang di beberapa sekolah, baik di kota besar maupun di kota kecil yang sudah memanfaatkan teknologi e-learning ini. E-learning dianggap sebagai salah satu alternatif disamping alternatif lain dalam sistem penyelenggaraan pendidikan, baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan, yaitu seluruh staf tata usaha sekolah. Hal ini disebabkan oleh beberapa keunggulan dan kelebihan yang dimiliki teknologi informatika yang saat ini telah berkembang demikian pesat, sehingga mememungkinkan penggunanya dapat bekerja secara cepat, akurat, dan memiliki jaringan yang sangat luas. 

 TUJUAN
adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa tentang e- learning.
2.      Untuk mengetahui seberapa besar kecendrungan siswa untuk menerapkan e-learning sebagai sarana penunjang pembelajaran siswa.
3.      Untuk mengetahui tantangan apa yang dihadapi siswa dalam pemakaian e-learning.
4.      Untuk mengetahui dampak pemakaian e-leaarning pada siswa.

      LANDASAN TEORI
E-Learning merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan network (jaringan) (Munir : 2008). Ini berarti dengan e-learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet ataupun intranet. Dengan e-learning belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dan berlangsung efisien dan efektif.
E-learning merupakan suatu teknologi baru dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pembelajaran itu pengajar dan peserta didik tidak perlu berada dalam satu tempat dan waktu yang sama untuk melakukan proses pembelajaran, dimana proses belajar memanfaatkan proses teknologi informasi dan komunikasi.
Dari paparan di atas, maka ciri-ciri e-learning yaitu tidak tergantung pada waktu dan ruang (tempat). Pembelajaran dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja. Dengan e-learning, dapat menyediakan bahan ajar dan menyimpan instruksi pembelajaran yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. E-learning juga tidak memerlukan ruangan yang luas sebagaimana di kelas dan dengan demikian teknologi ini telah memperpendek jarak antara pengajar dan peserta didik.
Dalam penerapannya, terdapat beberapa teori dalam pembelajaran e-learning yang dapat dikaitkan dengan teori psikologi pendidikan. Diantaranya adalah teori kognitif, dimana dalam teori ini seorang anak diharapkan mampu untuk menerima, mencerna dan menalari segala sesuatu atau informasi yang sampai pada dirinya. Hal ini terlihat jelas dimana siswa diharapkan untuk mampu mencerna informasi dari internet dan mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


ALAT DAN BAHAN
1. alat tulis
2. laptop
3. printer
4. kamera

KUESIONER
No
Pertanyaan
Setuju
Tidak Setuju
1
Saya sudah memahami tentang pemakaian e-learning dengan baik dan benar


2
e-learning sangat bermanfaat untuk memecahkan persoalan yang terjadi di hidup saya


3
Belajar dengan penerapan e-learning dapat memberikan pengalaman yang menarik


4
Dengan e-learning, sangat membantu saya dalam memahami materi pembelajaran


5
e-learning sangat membantu dalam memperluas wawasan saya


6
Lebih banyak dampak positif yang saya peroleh dalam penggunaan e-learning


7
Belajar dengan menggunakan e-learning membantu saya mengembangkan materi secara mandiri


8
e-learning sangat memudahkan saya berkomunikasi dengan siapa pun dan dimanapun


9
Saya tahu cara mencari informasi yang menarik dari internet secara efisien dan menyeluruh


10
Saya cenderung kesulitan dalam mencerna informasi dari internet


11
Internet membatasi ruang lingkup saya dengan dunia nyata


12
e-learning memudahkan proses transfer informasi dan komunikasi


13
Saya sering menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan teman2 khususnya untuk membahas pelajaran


14
Menurut saya, proses pembelajaran dengan e-learning lebih efektif dan efisien


15
e-learning sangat baik untuk diterapkan di sekolah-sekolah




TABEL PERENCANAAN


NO
PERENCANAAN
TANGGAL
1
Penentuan Topik
1 April 2011
2
Persiapan Kuisioner
5 April 2011
3
Pelaksanaan
7 April 2011
4
Perhitungan Data
8 April 2011
5
Penyusunan Laporan
9-15 April 2011




KALKULASI BIAYA

Pengeluaran
Banyaknya
jumlah
Reward
25x@2000
Rp.50.000,00
Kue
5x@2000
Rp.10.000,00
Dokumentasi
9.000
Rp.9.000,00
Konsumsi
3x@3000
Rp.9.000,00
Jumlah biaya
Rp.78.000,00


ANALISIS DATA
Penilitian ini dilakukan dengan menggunakan subjek sekitar 25 orang siswa SMA X di kota Medan dengan cara pengisian kuesioner tentang pengetahuan serta penalaran mereka pada e-learning dan bagaimana penerapannnya dalam kehidupan mereka. Dapat disimpulkan bahwa mereka telah mengenal e-learning dengan baik namun belum menggunakannya secara efektif dan efisien.

LAPORAN
Berdasarkan dari observasi, peneliti menemukan bawha semua subjek telah mengenal e-learning dengan baik namun mereka masih enggan untuk menggunakannya sebagai penunjang pembelajaran di kelas. Oleh karena hal itu, berdasarkan data mereka dinilai kurang efektif dan efisien dalam menggunakan sistem pembelajaran melalui media internet.
E-learning memang memperluas cakrawala siswa dalam menyelesaikan segala permasalahan dalam hidupnya. Namun, banyak diantara siswa tersebut yang kurang sempurna dalam mencerna informasi dari internet. Sehingga diperlukan guru ataupun pelatih khusus agar mereka tidak menyalahartikan segala informasi yang ada. Siswa juga kurang menggunakan e-learning dalam berkomunikasi dengan teman-teman ataupun siapa saja dalam rangka mendorong proses pembelajaran mereka.

TESTIMONI
Pelaksanaan tugas ini cukup menguras pikiran dan tenaga namun yang bersegi positif. Dimana para peneliti harus berpikir bagaimana cara untuk bisa menyatukan pikiran dan pendapat demi berlangsungnya penelitian. Bukan hanya itu, kreativitas dan sosialisasi juga sangat diperlukan dalam penelitian ini. Peneliti mencoba untuk bersosialisasi dengan subjek dan pihak lembaga sekolah agar mau untuk bersosialisasi demi kelancaran penelitian ini.

Kamis, 28 April 2011

FENOMENA PENDIDIKAN


M. Fadly Sembiring (10-006)  
Novira Khasanah Hrp (10-054)  
Khairunniswah (10-084)  

 
Pembahasan kali ini, kami akan mengungkap fenomena di Indonesia yang berkaitan dengan pendidikan. pendidikan di Indonesia pada awalnya didasari oleh pendidikan yang diterapkan dalam lingkungan keluarga. dimana keluarga mengajarkan moral yang nantinya akan diterapkan anak dan menjadi dasar kepribadiannya pada masa dewasa kelak.

keluarga memiliki peran penting dalam mendidik anaknya. bagaimanapun sifat seorang anak tentunya dapat dilihat dari prilaku keluarganya. keluarga berhak mengawasi apa saja yang boleh dilakukan si anak dan yang tidak boleh dilakukannya. biasanya keluarga selalu mengajarkan morl tersebut berdasarkan peraturan agamanya masing-masing.

begitu juga dengan pendidikan yang diberikan sekolah. pendidikan tersebut penting untuk meningkatkan moral anak atau perkembangan prilakunya di masyarakat kelak. peningkatan moral yang diberikan sekolah, nantinya akan diterapkan anak dalam lingkungannya yang pastinya juga akan dibantu pengaplikasiannya oleh orang tua. 
contohnya saja, apabila seorang anak diberikan pendidikan tentang tata krama yang umum seperti berdoa ketika ingin makan, menjenguk tetangga atau teman yang sakit, saling menghargai satu sama lain, tentunya saja hal ini akan aplikasikan di lingkungan sekitar rumah yang nantinya akan meningkat ke aspek yang lain.

lalu bagaimana dengan fenomena yang terjadi seperti yang kita lihat beberapa fenomena yang marak di negara kita. contohnya saja, pelecehan seksual yang sering dilakukan guru kepada anak muridnya. tentu saja dalam hal ini orangtua berperan penting untuk memulihkan keadaan sia anak. orang tua lebih ditekankan untuk senantiasa menjaga dan mengawasi sia anak agar tidak terpengaruh dan tidak terjerumus ke lubang yang salah.

dalam psikologi pendidikan, pendidikan yang paling banyak berperan penting dalam pembentukan moral anak  menurut kelompook kami adalah keluarga. keluarga yang pertamma kali menanamkan moral yang nantinya juga akan menjadi fondasi kepribadian anak. begitu juga dengan pendidikan yang diberikan oleh sekolah, pendidikan tersebut tidak akan berjalan apabila keluarga tidak berperan dalam pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari anak.

apabila lingkungan keluarga baik, maka baik juga anak tersebut. namun, apabila lingkungannya buruk, buruk jugalah anak tersebut walaupun sang anak telah mendapatkan pelajaran yang baik dari lngkungan sekolah.
sekian hasil diskusi kami, apabila terdapat kekurangan kami minta maaf yang sebesar-besarnya.

Kamis, 21 April 2011

Peran Psikologi Terhadap Pendidikan


  Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.
1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:(1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam proses pembelajaran.
 Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
 2. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
 3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
 4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
 5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
 6. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
 7. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
 8. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
 9. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
 10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain.
 11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
 12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
 13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
 Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.

Jumat, 15 April 2011

Sekolah inklusi Anak Berkebutuhan Khusus


Sekolah inklusi adalah institusi pendidikan yang memberikan pengajaran kepada siswa umum dan ABK dalam satu kelas. Sekolah umum yang berminat memberikan layanan pendidikan inklusi harus sudah mempelajari pendidikan luar biasa.

Dalam perkembangannya sekolah inklusi banyak mengalami hambatan dalam merealisasikanya kedalam minat masyarakat dan banyak faktor intern dalam program perkembangan sekolah inklusi itu sendiri.
Diantaranya pengetahuan orang tua yang minim akan kebutuhan pendidikan sang anak. hal sangat disayangkan adalah para pengajar yang sanggup mengatakan kepada orang tua agar anak mereka besekolah di SLB. Namun setelah dibawa ke SLB dinyatakan bahwa anak mereka tidak mengalami gangguan pada diri si anak.
 Hal ini akan sangat membuat para orang tua bingung dan akan mengalami kekecewaan karena anak mereka dianggap tidak mampu dalam pendidikan.
 Disinilah peran sekolah inklusi sangat dibutuhkan. Sebenarnya para orang tua tidak perlu terlalu cemas ataupun tidak lagi memikirkan program pendidikan anak. Justru dalam program sekolah inklusi ini orang tua juga harus belajar dan akan menyadari dengan sendirinya bahwa anak tidak serta merta mengalami gangguan pendidikan, melainkan ada harus ada kebutuhan khusus yang dilakukan agar proses kerja dan pemahaman anak dapat dirangsang dan mengoptimalkan kecerdasannya yang bertujuan untuk mengasah daya kreatifitas anak.
Peran tenaga pengajar dalam hal ini sangat dibutuhkan keprofesioanal sang pengajar agar tidak mematahkan semangat orang tua dan memberikan solusi yang baik kepada para orang tua.

Selasa, 29 Maret 2011

Anak dalam Lingkaran Pornografi


  Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong setiap orang terus mempelajari teknologi. Tahukah anda bahwa anak merupakan elemen terbesar dan tercepat dalam menguasai teknologi. Hal ini terbukti dari banyaknya anak bangsa yang mampu menjuarai kompetisi bidang teknologi ddalam ajang internasional.
Namun sangat mengeriskan ketika kita melihat penelitian terbaru dari Yayasan Kita dan Buah Hati memperlihatkan bahwa 67 persen dari 2.818 siswa kelas 4-6 sekolah dasar di kawasan Jabodetabek sudah pernah menyaksikan materi pornografi lewat berbagai media. Sebanyak 24 persen di antaranya lewat komik, 18 persen melalui games, 16 persen lewat situs porno, 14 persen melalui film, dan sisanya melalui VCD dan DVD, telepon seluler, majalah dan koran.

Aliansi Selamatkan Anak (ASA) Indonesia (2006) bahkan menyatakan bahwa Indonesia selain menjadi negara tanpa aturan yang jelas tentang pornografi, juga mencatat rekor sebagai negara kedua "surga" pornografi terbesar di dunia setelah Rusia.

Jadi wajar jika pornografi semakin memprihatinkan bagi para orangtua. Kecanggihan teknologi seperti internet hingga telepon seluler berperangkat multimedia membuat pornografi dengan mudah masuk ke ruang pribadi anak.

Lalu, sejauh mana bahaya pornografi?
??Pakar adiksi pornografi dari Amerika, Mark Kastleman, mengungkapkan bahwa stimulasi oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jika paparan pornografi diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan kadar rasa senang yang sama.

Dalam kondisi normal, dopamin dan endorfin akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik saat normal. Namun dalam konteks pornografi, otak mengalami rangsangan berlebihan. Akibatnya otak tidak dapat bekerja dengan normal lalu akan mengecil dan rusak.


Sehingga anak dan remaja akan mudah mengalami bosan, merasa sendiri, marah, tertekan dan lelah. Dampak yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar, serta berkurangnya kemampuan pengambilan keputusan.

Selain kerusakan otak, pornografi juga menimbulkan hasrat untuk melakukan hubungan seksual dan membangkitkan kecenderungan untuk melakukan serta meniru. Dari survei yang dilakukan terhadap 1.017 remaja berusia antara 12 hingga 14 tahun di Amerika Serikat diperoleh hasil bahwa media yang banyak menampilkan gambaran seks meningkatkan nafsu para remaja untuk melakukan hubungan seks.

Tidak hanya itu. Berdasarkan penelitian Flood yang bertajuk The Australian Research Centre in Sex, Health and Society, anak-anak yang akrab dengan tayangan film porno akan tumbuh menjadi orang dewasa yang menganggap kekerasan seksual sebagai hal biasa.

Dalam riset yang dilakukannya, ia juga menemukan bahwa anak-anak penggemar film porno ini di usia dewasa sering gagal membina hubungan dengan pasangan. Mereka juga lebih sering melakukan hubungan seksual tanpa ikatan.

Menyadari seberapa hebat dan mudahnya pornografi juga menghancurkan masa depan seorang anak, orang tua seyogyanya menempuh beberapa tindakan preventif. Orang tua, baik ayah maupun ibu, harus lebih terlibat dalam pengasuhan anak-anak mereka sejak belia.

Fenomena yang klasik sering terjadi bilamana kedua orang tua bercerai.
Di samping itu, orang tua jangan gaptek (gagap teknologi). Orang tua harus mampu mengimbangi kemampuan teknologi anaknya sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan. Sayangnya, tidak banyak orangtua mau melakukannya. Mereka sering tidak sadar dan tidak acuh terhadap efek perkembangan teknologi. Padahal mengabaikan teknologi merupakan salah satu faktor pemicu timbulnya kecanduan pornografi pada anak dan remaja.

Terkadang para orang tua cenderung memberikan teknologi kepada anak namun kurang menyadari kapasitasnya dalam perkembangan anak. Hal ini sering terjadi karena para orang tua tidak ingin anaknya gaptek ataupun tidak mampu bersaing di masa depan sang anak.
Mereka sama sekali tidak tahu apa yang mereka berikan bisa memberi dampak karena terlalu berprasangka baik pada teknologi. Kita hidup di revolusi teknologi yang kecepatannya melebihi desah napas kita. Hindari menggunakan cara 20 hingga 30 tahun lalu.

Terakhir, para orangtua seyogianya memberikan pendidikan seks yang benar dan sehat agar anak tidak memilih mencari informasi dari luar rumah yang bisa menjerumuskan mereka dalam dunia pornografi. Hal ini wajib dilakukan para orangtua mengingat ada faktor yang hilang pada penyuluhan tentang seksualitas bagi anak-anak dan remaja saat ini.

Pemerintah menyatakan pendidikan seks dimulai sejak umur 13 hingga 21 tahun karena dianggap anak tersebut telah memasuki fase dewasa. Padahal kenyataannya, 52 persen anak perempuan menstruasi pada usia 9 tahun, 48 persen anak laki-laki mimpi basah umur 10-11 tahun.

Bagaimana dengan masa depan bangsa? Anak adalah ujung tombak pilar utama dalam menuju Indonesia yang Edukatif, bertatakrama. Ataukah negara ini akan menjadi negara yang tidak bermoral?? Pornografi merupakan "bencana nasional"  Elly Risman. Marilah kita cerdaskan bangsa namun tetap menjaga wibawa bangsa